RED Percussion memfokuskan pada instrumen musik perkusi. Uniknya, alat-alat perkusi yang dimainkan memanfaatkan barang-barang bekas yang tidak terpakai, seperti galon air, ember bekas, atau drum plastik dan besi. Pemanfaatan barang-barang bekas itu sendiri merupakan konsep awal terbentuknya RED Percussion, sekaligus sebagai signature tersendiri. Awal mula terbentuknya RED Percussion dimulai dari ajakan Ferdian Hanmi (Arsitektur 2012) yang menginginkan penampilan yang unik di pameran arsitektur Wiswakharman Expo 2015 pada bulan April lalu. Pengumpulan anggota dilakukan dengan rekruitmen terbuka kepada mahasiswa jurusan Arsitektur UGM pada waktu itu, yang kemudian terbentuklah RED Percussion yang awalnya berjumlah 20 orang. Saat ini, RED Percussion kurang lebih berjumlah 60 orang yang terdiri dari gabungan Mahasiswa Arsitektur UGM angkatan 2013, 2014, dan 2015.