
(Yogyakarta, 14 Maret 2025) – Dalam dunia arsitektur, perancangan bangunan tidak hanya sebatas estetika dan fungsi, tetapi juga harus mempertimbangkan konteks lingkungan sekitar. Para arsitek dan perancang saat ini semakin menekankan pentingnya memahami aspek sosial, budaya, ekonomi, serta kondisi alam dalam setiap proyek yang mereka rancang.
Dalam sesi Archilecture kali ini, mahasiswa mendapat pemahaman yang lebih mendalam tentang konteks dalam arsitektur bersama dosen Arsitektur UGM, Ar. Ir. Ikaputra, M.Eng., Ph.D., IAI. Bertempat di Ruang K1 Departemen Teknik Arsitektur dan Perencanaan, Fakultas Teknik, UGM, pembahasan mencakup berbagai aspek yang mempengaruhi desain bangunan, seperti kondisi iklim, sejarah suatu kawasan, serta kebutuhan masyarakat setempat. Sebuah desain yang baik tidak hanya harus memiliki nilai estetika, tetapi juga dapat berintegrasi dengan lingkungan sekitarnya serta merespons tantangan lokal secara efektif.
Sebagai contoh, dalam perancangan hunian di daerah tropis seperti Indonesia, penggunaan material yang sesuai dengan kondisi iklim sangat penting. Pemanfaatan ventilasi alami, atap yang dapat menahan panas, serta penggunaan bahan bangunan lokal menjadi salah satu strategi utama untuk menciptakan bangunan yang nyaman dan hemat energi.
Selain faktor lingkungan, aspek sosial dan budaya juga memegang peran krusial. Desain arsitektur yang memperhitungkan tradisi dan kearifan lokal cenderung lebih diterima oleh masyarakat setempat. Hal ini terlihat dalam berbagai proyek pembangunan kawasan wisata dan pemukiman yang mengadopsi unsur arsitektur tradisional namun tetap dikombinasikan dengan teknologi modern.
Dalam era keberlanjutan, pendekatan berbasis konteks semakin menjadi perhatian utama. Konsep arsitektur hijau dan bangunan ramah lingkungan kini banyak diterapkan untuk mengurangi dampak negatif terhadap lingkungan. Penggunaan energi terbarukan, pengelolaan air yang efisien, serta desain yang mendukung sirkulasi udara alami menjadi aspek penting dalam menciptakan bangunan yang berkelanjutan.
Dengan meningkatnya kesadaran akan pentingnya konteks dalam perancangan arsitektur, diharapkan pembangunan di masa depan dapat lebih selaras dengan lingkungan dan kebutuhan manusia. Arsitektur yang berbasis pada konteks tidak hanya akan memberikan manfaat bagi penghuninya, tetapi juga bagi ekosistem dan budaya di sekitarnya.
Dengan meningkatnya kesadaran akan pentingnya konteks dalam perancangan arsitektur, diharapkan pembangunan di masa depan dapat lebih selaras dengan lingkungan dan kebutuhan manusia. Arsitektur yang berbasis pada konteks tidak hanya akan memberikan manfaat bagi penghuninya, tetapi juga bagi ekosistem dan budaya di sekitarnya. Oleh karena itu, peran arsitek dan perancang dalam memahami dan menerapkan konteks secara menyeluruh menjadi kunci dalam menciptakan lingkungan yang tidak hanya estetis, namun juga fungsional dan berkelanjutan. Hal ini sejalan dengan nilai-nilai dalam SDG 9: Industri, Inovasi, dan Infrastruktur serta SDG 11: Kota dan Komunitas Berkelanjutan.
(Berita ditulis oleh Kheisya Nabila Zahra)